Agama Buddha Dulu Dan Sekarang Di Tinajau Dari Aspek Pengajaran


Agama Buddha Dulu Dan Sekarang Di Tinajau Dari Aspek Pengajaran

Oleh : Dwita Ariyani

A.      PENDAHULUAN
1.    Pengajaran era Buddha Gotama
Peran agama menjadi hal yang fundamental dalam aspek kehidupan manusia. Agama dapat diterima di kalangan masyarakat tidak terlepas dari pengajaran. Guru agung Buddha mengajarkan ajarannya dengan melihat kecenderungan orang yang akan diajarkan, yakni dengan menggunakan metode yang sesuai. Metode yang digunakan guru agung salah satunya membagi tingkatan yaitu dimulai dengan dana, sila dan bhavana. Selain hal tersebut, agama Buddha dikenal lebih luas yakni dengan adanya pendekatan nilai-nilai budaya. Sungguh sangat sulit jika penyebaran ajaran Buddha hanya di generalkan mengenai cara mengajarnya.
Paham Mahayana ada istilah upaya kausalya. Upaya Kausalya
bukanlah suatu cara tertentu, melainkan keterampilan dalam cara-cara menyampaikan Buddhadharma universal dalam berbagai situasi, sesuai kebutuhan dan berhasil mencapai tujuannya, menghasilkan manfaat pencapaian pencerahan. Tak ada suatu  cara tertentu yang sepesifik yang ditunjukkan dalam upaya kausalya, karena keterampilam dalam cara adalah cara yang tepat dan efektif yang perwujudannya tergantung kepada keadaan, situasi, orang yang dihadapi dengan karakter dan latar belakangnya. Begitulah Buddhadharma mampu beradaptasi di dalam berbagai negara, budaya, geografi dan lingkungan dan menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi umat manusia dimana saja, kapan saja siapa saja. Begitulah Sang Buddha menghasilkan murid-muridnya yang beragam latar belakang menjadi tercerahkan karena terampil dan cerdas dalam mentransmisikan esensi Buddhadharmanya yang tak terbatas kepada para siswanya dan sesuai kebutuhan siswa-siswanya dimanapun berada.
Sebagai contoh dalam kehidupan sang Buddha, ada seorang bhikkhu yang bernama culapanthaka. Culapanthaka merupakan seorang bhikkhu yang bodoh atas karma masa lalunya di kehidupan Buddha Kassapa yang selalu mengejek teman bhikkhu yang bodoh. Dikehidupan Buddha Gotama, culapanthaka sangat sulit mengingat, bahkan satu syair saja dalam empat bulan. Mengetahui hal tersebut sang Buddha memanggil culapanthaka dengan memberikan selembar kain putih untuk digosok-gosokkan. Pada waktu bersamaan, dia harus mengulang kata “Rajoharanam”, yang berarti “kotor”. Singkat cerita, culanpanthaka tercenung dan ia segera menyadari ketidakkekalan segala sesuatu yang berkondisi. Melihat cerita tersebut, sekalipun orang dilevel terendah secara intelektualnya, akan dapat menerima pelajaran pencerahan dengan pendekatan dan cara pengajaran yang relevan.
Sisi lain pendekatan terhadap Dhamma, terdapat tiga tahapan yaitu: pariyatti, patipatti dan pativedha. Pariyatti adalah mempelajari Dhamma secara teori, atau mempelajari dengan tekun kitab suci Tipitaka/Tripitaka. Patipatti adalah melaksanakan atau mempraktekkan Dhamma dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pativedha adalah menganalisa kejadian-kejadian hidup sehari-hari melalui meditasi Pandangan Terang (Vipassana Bhavana) sehingga memperoleh hasil (penembusan).
Memahami hal diatas, bahwa sesungguhnya ajaran Buddha dapat diterima di berbagai kalangan masyarakat baik suku, ras maupun golongan dikarenakan penyampaian Dhamma memiliki karakteristik yang berbeda sesuai situasi. Budaya dan bahasa merupakan hal yang tak terpisahkan dalam lestarinya ajaran Buddha. Cara ini lah yang jauh dari kehidupan kita sekarang, telah di terapkan oleh guru agung Buddha.

2.    Pengajaran era Moderen
Era modern ini ajaran Buddha tetap lestari bahkan berkembang merupakan hasil pendekatan yang sesuai dengan kondisi tertentu. Hal yang terlihat secara signifikan terlihat adalah berkaitan dengan teknologi sebagai pendukungnya. Kehidupan lampau belum adanya teknologi sebagai sarana untuk membantu manusia di berbagai kebutuhan. Terlepas dari perbedaan tersebut, inti kesemuanya adalah bagaimana ajaran Buddha tetap ada dan berkembang.
Saat ini di kalangan moderenisasi di kenal istilah revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 dapat diartikan sebagai tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatis dengan teknologi cyber. Pada Industri 4.0 ini teknologi manufaktur sudah masuk dalam tren otomatisasi serta pertukaran data. Hal ini mencakup system cyber-fisik, komputasi awan, internet of things, dan komputasi kognitif. Ada empat prinsip dalam revolusi 4.0 yaitu:
a)        Bantuan Teknis
1)        Sistem bantuan yang dapat membantu manusia untuk mengumpulkan data serta membuat visualisasi supaya bisa membuat keputusan yang benar.
2)        Kemampuan untuk membantu manusia melaksanakan berbagai tugas berat, tidak aman bagi, dan tidak menyenangkan bagi manusia.
b)        Interoperabilitas (kesesuaian)
Kemampuan perangkat seperti mesin, sensor serta manusia untuk bisa saling terhubung serta berkomunikasi saling berkomunikasi lewat internet untuk segalanya atau internet untuk khalayak.
c)        Transparasi Informasi
Kemampuan sistem informasi untuk bisa menciptakan sebuah salinan dunia fisik secara virtual dengan cara memperkaya model pabrik digital dengan batuan data sensor.
d)       Keputusan Mandiri
Kemampuan untuk membuat sebuah keputusan sendiri dan melakukan tugas secara mandiri.
Melihat pesatnya kemajuan teknologi, sangatlah memudahkan manusia dalam mengakses kebutuhannya. Dalam hal ini pembelajaran yang secara spesifik yaitu agama Buddha. Jika kita bandingkan dulu dan sekarang atau era Buddha dan kehidupan saat ini tentu sangatlah jauh. Perbedaan tersebut terletak pada sisi alat bantu menyampaikan ajaran. Perbedaan tersebut dapat kita ambil esensinya yakni ajaran Buddha dapat tersampaikan.
Prinsip pertama dalam revolusi industry 4.0 yakni bantuan teknis. Hal ini di maksudkan bahwa kita bisa mengenal ajaran Buddha dengan media smartphone. Media itulah yang sangat membantu kita mengumpulkan data yang kita perlukan. Prinsip yang kedua adalah Interoperabilitas (kesesuaian). Hal ini dimaksudkan bahwa kemampuan untuk terhubung lewat komunikasi dengan jalur internet sangat membantu untuk menyebarkan atau berbagi pengetahuan Dhamma. Prinsip ketiga adalah transparansi informasi yang artinya semua informasi sangat mudah untuk kita dapat. Salah satu contoh medsos sebagai pemberi kabar dimana ada kegiatan yang sifatnya penyampaian Dhamma. Prinsip terakhir adalah keputusan mandiri. Hal ini berkaitan dengan apa yang kita pelajari di berbagai kegiatan dapat kita hubungkan dengan pengetahuan yang dapat kita akses melalui bantuan internet. Dengan demikian keputusan mandiri dapat kita dapat, yakni kita dapat menyimpulkan benar atau tidak.

B.       KESIMPULAN
Pada prinsipnya penyampaian ajaran Buddha dulu dan sekarang adalah sama, yaitu sama-sama memiliki tujuan tersampaikannya ajaran tersebut. Akan tetapi perbedaan yang mendasar yaitu berkaitan dengan alat bantu atau kecanggihan teknologi yang berkembang saat ini. Perlu di garis bawahi bahwa ajaran Buddha selalu meninggikan panna atau bijaksana. Kita sebagai generasi milenial tentu harus bijak dalam menggunakan kecanggihan teknologi yang ada. Bijaksana dalam pengertian menggunakan sewajarnya, menggunakan sebagaimana fungsinya dan bukan sebagai alat bantu menabur benih keburukan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MINDFULNESS

TANTANGAN PENDIDIKAN DI ERA KEMAJUAN TEKNOLOGI

Apa itu BISNIS ???